MAGETAN, TEROPONGNUSA.COM – Lima bulan setelah penanganan oleh Satgas Burung Hantu Kecamatan Nguntoronadi, Edi Supriyanto kini hidup dengan kondisi yang jauh lebih baik. Pria asal Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, yang sebelumnya mengalami gangguan kejiwaan dan sempat meresahkan masyarakat, kini telah beradaptasi kembali ke lingkungan sosialnya dan menjalani kehidupan yang lebih produktif.
Penanganan Edi bermula dari laporan warga yang khawatir dengan perilakunya yang sering membawa senjata tajam dan menimbulkan ketidaknyamanan di sekitar desa. Camat Nguntoronadi, Fisco Yudha Arista, segera bertindak dengan menerjunkan Satgas Burung Hantu (Satuan Tugas Jemput Bola Urusan Penanggulangan Keterlantaran Terpadu). Tim ini langsung berkoordinasi dengan lintas sektor terkait, termasuk pihak desa, Polsek, Koramil, dan Puskesmas untuk menyusun strategi evakuasi yang aman.
Evakuasi yang dilakukan berlangsung dramatis, mengingat Edi berpotensi memberikan perlawanan. Namun, dengan perencanaan yang matang, tim berhasil membawa Edi ke klinik jiwa RSUD Sayidiman Magetan, tempat di mana ia menjalani perawatan intensif selama satu minggu.
Setelah kondisinya stabil, Edi diizinkan pulang. Satgas Burung Hantu Kecamatan Nguntoronadi kembali turun tangan dengan menjemput dan mengantar Edi ke rumahnya. Demi memastikan pemulihannya berkelanjutan, ia menjalani rawat jalan dan kontrol rutin setiap minggu, dengan fasilitas antar jemput menggunakan mobil dinas Camat yang difungsikan sebagai mobil siaga kecamatan.
Kini, Edi bukan lagi sosok yang ditakuti, melainkan warga yang produktif. Ia mulai menjalani kehidupan yang lebih mandiri dengan mengumpulkan barang bekas dan sampah plastik untuk dijual kepada pengepul, sehingga memperoleh penghasilan sendiri. Perubahan drastis ini membuktikan bahwa dengan perhatian yang tepat, seseorang yang dulu dianggap sebagai “gangguan” dapat kembali menjadi bagian dari masyarakat yang harmonis.
Camat Nguntoronadi, Fisco Yudha Arista, mengibaratkan perjalanannya dengan konsep filosofi lagu *Garam & Madu*, yang menggambarkan dinamika hidup antara kepahitan dan kebahagiaan.
“Bagaimanapun kondisi seseorang, pahit getirnya ia berjuang dalam menjalani kehidupan, seseorang tetaplah memiliki cipta, rasa, dan karsa. Maka manusiakanlah sesama manusia,” ucapnya, Kamis (8/5/2025).
Menurut Fisco, apabila kita bisa menolong sesama dan bermanfaat bagi orang lain, maka di situ kita akan merasakan manisnya kehidupan.
Kisah perjalanan Edi adalah bukti bahwa kepedulian sosial dan sinergi antarinstansi dapat memberikan kesempatan bagi seseorang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.(DNY)